Jumat, 26 Agustus 2011

MISTERI KESAKSIAN MATI SURI


Kesaksian warga Bengkalis yang
Mati Suri dalam temu Alumni ESQ
"Menyaksikan orang disiksa
dan ingin kembali ke Dunia"
Pengalaman mati suri yang dialami Aslina,telah pula dirasakan banyak orang. Seorang peneliti dan meraih gelar Doktor Filsafat dari Universitas Virginia Dr. Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin kembali ke dunia. Catatan ini dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legian Sugimin yang mengutip Al-Qur’an menjelaskan, orang yang mati itu ingin dikembalikan ke dunia, serta penelusuran melalui internet tentang Dr. Raymond.
Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut, dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun, tubuhnya terbakar api, sehingga harus menjalani operasi dua kali.
Menjelang usia saat SMA, ia termakan racun. Oleh sebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada usia 20 tahun, ia terkena penyakit gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok tersebut, maka pada hari Jumat, 24 Agustus 2006, Aslina menjalani cek up atas penyakit gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan, penyakitnya diambang batas sehingga belum bisa di operasi.
"Kalau dioperasi, maka akan terjadi pendarahan," jelas Rustam. Oleh karena itu, Aslina hanya diberi obat, namun kondisinya tetap lemah. Malamnya, Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke MMC sekitar jam 12 malam itu juga. Ia dimasukkan ke ruang gawat darurat (UGD). Saat itu, detak jantungnya dan nafasnya sesak, lalu ia dibawa keluar UGD masuk ke ruang perawatan.
"Aslina seperti orang mabuk (menjelang sakaratulmaut). Lalu, saya ajarkan kalimat Toyibbah dan Syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya, Aslina menghembuskan nafasnya yang terakhir," ungkapnya.
Aslina Memberikan Kesaksian
Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiannya :
"Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur," begitu ia mengawali kesaksiannya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Mutiara Merdeka, Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Besar Muhammad S.A.W. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketaqwaan sebelum mati datang.
"Saya telah merasakan mati," ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutnya, terlalu sakit mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari dagingnya, dikoyak bahkan lebih sakit lagi. "Terasa Malaikat mencabut nyawa dari kaki kanan saya," tambahnya.
Disaat itu ia sempat diajarkan pamannya kalimat Toyibbah. "Saat di ujung nafas, saya berdzikir," ujarnya.
"Sungguh sakitnya Pa, Bu," imbuhnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.
Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan disekelilingnya ada dokter, pamannya, dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua Malaikat serba putih mengucapkan Assalamu’alaikum kepada ruh Aslina.
"Malaikat itu besar. Kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar," ujar Aslina menceritakan pengalaman matinya. Lalu Malaikat itu bertanya :"Siapa Tuhanmu, apa Agamamu, dimana kiblatmu, dan siapa nama orangtuamu?".
Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. "Tak ada teman kecuali ama,l" tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan pamannya. Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu, ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang Muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang di temani oleh sesosok yang mukanya berkudis, badan berbulu, dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itu, adalah amal buruk dari orang tersebut.
Aslina melanjutkan. "Bapak, Ibu, ingatlah mati !". Sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang Malaikat.
Saat ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil Malaikat itu dengan dengan "Ayah". "Wahai ayah, bisakah saya bertemu dengan ayah saya," tanyanya.


Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata :"Wahai ayah, janji saya telah sampai".
Mendengar ucapanku itu, ayah saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina, "Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu". Ruh Aslina pun menjawab,"Saya tidak bisa pulang, karena janji telah sampai".
Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin, bahwa alam barzah dan akhirat itu memang benar benar ada. "Alam barzah, akhirat, syurga, dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal," ujarnya bak seorang pendakwah.
Aslina Bertemu dengan Orang-orang Aneh
Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya, ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, Aslina bertemu dengan perempuan yang beramal saleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina di bawa ke kursi yang empuk dan didudukan di kursi yang empuk tersebut. Disebelahnya, terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu,"Siapa kamu?," Lalu perempuan itu menjawab, "Akulah (amal)kamu."
Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelusuri lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana, ia melihat seorang laki- laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya di rantai ke bahu, pakaiannya tercabik-cabik, dan baunya menjijikan.
Ruh Aslina bertanya kepada amalnya,"Siapa manusia itu?," amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.
Lalu dilihatnya orang yang kulit dan dagingnya dilepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya ke orang tersebut. Amalnya mengatakan, bahwa manusia tersebut tidak pernah shollat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah yang suka berzina. Tampak juga orang saling membunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.
Dilihatkan juga kepada ruh Aslina orang yang di tusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus di dadanya, dan berlumuran darah, orang tersebut menjerit tapi tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya dan di jawab, bahwa orang tersebut adalah orang yang suka membunuh juga.
Ada juga orang yang di hempaskan di tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika didunia.
Ruh Aslina di Alam Gelap
Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap kelam, dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada di sisinya tidak tampak.
Tiba tiba muncul suara orang berucap :”SubhanAllah, Allhammdulillah dan Allahu Akbar”. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu dilehernya. Kalung itu ternyata tasbeh yang memiliki butiran 99 biji.
Perjalanan berlanjut, Aslina melihat tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya. Di belakang tepak itu terdapat gambar Ka’bah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab, tepak tersebut adalah Husnul Khotimah (husnul Khatimah secara literlegh berarti akhir yang baik, yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya berbuat baik.
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya,"Saya mau Shalat." Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. "Saya pun bertayamum, saya shalat seperti yang di lakukan orang-orang di alam dunia," ungkap Aslina.
Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Di makam tersebut, batangan-batangan emas di dalam tepak "husnul khotimah" itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu berbicara kepada Aslina,"Tolong, kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di depan Allah".
Selanjutnya, Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata,"Cepatlah kiamat ! Aku tak tahan lagi di sini Ya Allah !". Manusia-manusia itu juga memohon,"Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal”.
Begitulah diantara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruh-nya saat ia mati suri. Dalam kesaksiannya, ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal saleh, serta tidak melanggar aturan dan perintah Allah.
Setelah kesaksian Aslina, instruktur pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat licensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu methode pelatihan ESQ) menjelaskan, bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri, pernah diteliti ilmuwan Barat. Legisan mengemukakan pula, mungkin diantara alumni ESQ yang hadir pada saat itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang hampir sama.
"Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua,"ujarnya.
Legisan menjelaskan, penelitian oleh Dr. Raymond A Moody Jr, tentang mati suri. Raymond mengemukakan, orang mati suri itu dibawa ke lorong waktu, dan di sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.Dan diakhiri pengakuan orang mati suri itu berkata :"Dan aku ingin, agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya".
Menanggapi kesaksian Aslina, yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal, serta penelitian Raymond yang menyebutkan, "aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya". Legisan mengutip ayat Al Qur’an Surat Al-Mu’minun (23) ayat 99-100:
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:"Ya ,Allah kembalikanlah aku (kedunia)." (99) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (100)”.
Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga surat Az-Zumar ayat 39 :
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)".
Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasihat dari Legisan, instruktur ESQ itu menyarankan, agar Aslina senantiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiannya saat mati suri kepada masyarakat, agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya.
Semoga para pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksian tersebut.
NB : Bagikan cerita ini kepada semua orang, agar mereka mendapat hikmah-Nya dari cerita ini. Ternyata hidup ini hanya sementara, dan hanya amal serta hati yang bersih yang menuntun kita menuju jalan ke hadapan ILAHI.
(Artikel ini saya dapatkan dari kiriman sahabat saya )
Catatan : Kepada thoyes@yahoo.co.id, Mohon maaf apabila artikel yang Anda kirimkan tentang Kesaksian Mati Suri baru ditampilkan.
Sumber:satimterus.blogspot.com
Lalu muncul-lah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya.

Menyelusuri Lailatul Qadar







                         
                     
                      Illustrasi
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) ini pada Malam Lailatul-Qadar, Dan apa jalannya engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran Malam Lailatul-Qadar itu? Malam Lailatul-Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Pada Malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut); Sejahteralah Malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar!”
(Quran, Al-Qadr 97: 1-5)
Menjadi rebutan diwaktu 10 malam terakhir
Lebih baik daripada 1000 bulan? Kenapa ya Lailatul Qadar itu diberikan?
Rasulullah sayang akan umatnya. Lailatul qadar diberikan kepada umat Nabi Muhammad S.A.W atas sebab kita ini tidak punya masa yang panjang seperti umat terdahulu untuk beribadah sebenarnya. Mesti ramai yang tahu umat Islam terdahulu hidup beratus-ratus tahun berbanding dengan kita sekarang tetapi istimewanya kita diberikan satu malam yang penuh rahmat. 2 imam besar ada menghuraikan dengan ringkas mengapa terjadinya Lailatul Qadar.
Imam Malik,
Rasulullah melihat bahawa umur umatnya tidak sepanjang umat sebelum mereka, baginda bermohon kepada Allah memberikan peluang di mana umatnya supaya dapat beramal dengan yang nilainya sama dengan amalan umat sebelum mereka
Imam Al-Qurtubi,
Rasulullah diperlihatkan kepadanya usia umat terdahulu, maka Baginda berasa usia umatnya terlalu pendek hingga tidak mungkin dapat mencapai amal seperti yang diraih oleh umat terdahulu yang usianya panjang. Purata usia umat Muhammad antara 60 hingga 70 tahun menurut maksud satu hadis Rasulullah. Sebab itu Allah menawarkan malam al-Qadar yang mempunyai nilai pahala seribu bulan kepada Rasulullah, para sahabat malah kepada seluruh umat baginda s.a.w.
Lihat balik hujah imam besar tersebut jelas menunjukkan kasihnya Rasulullah kepada umatnya dan begitu besar rahmat Allah S.W.T kepada kita dengan pemberian Lailatul Qadar. Bila kita reflek balik,kasihnya kita kepada Nabi Muhammad S.A.W bagaimana pula?
Manusia itu seorang yang lupa. Tidak pernah lari daripada melakukan dosa dan yelah bila seronok akan sesuatu ditambah dengan nafsu mana mungkin kita tak lalai dengan keseronokan. Pada waktu inilah di malam qadar perlu dicari dan dipenuhi dengan ibadah-ibadah khusus dan umum untuk membersihkan diri. Kekuatan pun perlu ada kan,kalau tak iya-iya tak menjadi juga nak lakukan ibadah dengan kesungguhan. Doa itu penghubung antara makhluk dan penciptanya secara terus demi mengharap keampunan-Nya. Moga doa itu dimakbulkan pada waktu Lailatul Qadar dan diri diberikan hidayah dan petunjuk yang lebih luas lagi. Hidup oh hidup, kadangkala kita buntu seketika dengan apa yang kita lalui dalam kehidupan ni.
Bila Berlakunya Lailatul Qadar dan Kenapa Ia Menjadi Rahsia
Dari apa yang aku tahu tidak ada waktu yang khusus bila akan berlakunya Lailatul Qadar setiap tahun kerana waktunya berbeza-beza. Waktu sekolah dulu pun bila bercerita tentang Lailatul Qadar cikgu hanya menyatakan ia berlaku pada 10 malam terakhir Ramadan. Ya,itu kenyataan umum yang semua orang sedia maklum waktu lailatul qadar. Salah satu dalil kukuh mengenai 10 malam terakhir ialah hadis dari Aisyah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari,
“Carilah sedaya-upaya kamu Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam ganjil pada akhir Ramadan.”
Menurut Imam Nawawi pula giliran malam Lailatul Qadar berubah setiap tahun bermaksud kalau tahun ini jatuh pada malam 29 Ramadan tahun depan berbeza waktunya. Ibn Hazm pula berpendapat Lailatul Qadar jatuh sama ada pada malam 21, 23, 25, 27 atau 29 Ramadan. Satu lagi pendapat ulama menyatakan Lailatul Qadar ialah pada malam ke 27 Ramadan berdasarkan hadis Rasulullah daripada Ubai bin Ka’ab diriwayatkan oleh Tarmizi, hadis dari Mu’awiyah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,”Saya mendengar Rasulullah bersabda carilah Lailatul Qadar itu pada malam 27.”
Apa yang pasti malam takdir ini berlaku pada 10 malam terakhir Ramadan dan ia dirahsiakan kerana keikhlasan kita. Jika kita tahu bila secara tepatnya waktu Lailatul Qadar ini pasti ada yang akan hanya beribadah pada malam tersebut sahaja dan tidak dimalam-malam lainnya. Keikhlasan dalam mencari rahmat itu penting supaya tidak hanya untuk kepentingan diri sahaja. Kadangkala masyarakat tersilap tafsir dengan menanti tanda-tanda pelik waktu Lailatul Qadar barulah mula hendak berdoa. Apa pun setiap malam di bulan Ramadan ada rahsia dah barakahnya tersendiri. Kiranya setiap malam itu amat bermakna
Jadi kalau mana yang tengah membuat pesiapan raya elok habiskan segera dan menghargai kedatangan Lailatul Qadar ini sebaiknya. Tahun ini sempat kita berpuasa, tahun depan belum tentu berjumpa lagi dengan Ramadan berikutnya. Umur sampai bila pun kita tak tahu. Sama-samalah perbanyakkan ibadah, memohon keampunan dan berdoa agar diberi kekuatan dalam hidup yang setiap hari penuh mencabar ini. Aku pun harap diri sendiri tak lupa,bila tulis entri mengajak ke arah kebaikan harapnya yang menulis ini pun turut cuba melakukan kebaikan tersebut. Sedikit perkongsian ringkas harap bermanfaat.
Sumber:www.izwanyosof.com

Cimanuk, Gugusan Sejarah yang Terputus

                                   Sungai Cimanuk Indramayu
Kompas (11/11/09) memuat tulisan tentang pelabuhan Cimanuk yang ditulis Litbang Kompas. Meski disajikan secara sekilas, tulisan itu setidaknya memiliki beberapa makna: Mengingatkan betapa pentingnya peran pelabuhan Cimanuk sejak abad ke-16, bagaimana terjadinya nama-nama desa di sekitarnya, dan akulturasi yang terjadi antara pedagang Arab, India, dan Cina dengan masyarakat pribumi.


Pengelana Portugis, Tome Pires (1513) mencatatnya sebagai pelabuhan kedua terbesar setelah Sunda Kelapa, di antara empat pelabuhan lainnya yang dikuasai Kerajaan Sunda (abad ke-8 – ke-17). Peta Pulau Jawa dalam buku Da Asia, Decada IV (Barros, ed. Joao Baptista Lavanha: 1615)
Pada masa itu, badan Sungai Cimanuk cukup lebar sehingga dapat dilalui kapal dari lepas pantai hingga menuju pusat kota di Desa Dermayu. Lokasi pelabuhan diperkirakan terletak di Kecamatan Pasekan. Di wilayah ini terdapat tiga desa yang merujuk pada kegiatan pelabuhan. Desa Pabean berasal dari kata bea yang berarti pajak atau cukai. Desa Pagirikan berasal dari kata girik yang merujuk pada surat izin keluar masuk daerah pelabuhan. Desa Pasekan berasal dari pasek yang berarti penyimpanan barang bongkar muat kapal. Maraknya kegiatan pelabuhan meluas hingga Desa Paoman, Kecamatan Indramayu. Paoman berasal dari kata omah yang merupakan perumahan para pegawai Pabean.
 
Akulturasi
 
Jika merujuk pada budaya air --yang salah satunya adalah sungai sebagai magnet kehidupan--  Cimanuk  bahkan menggerakkan roda ekonomi, sosial, budaya, dan pemerintahan. Komunitas pecinan terbentuk di sebelah timur sungai Cimanuk, disertai dengan artefak pendukungnya, seperti rumah-rumah berarsitektur Cina, gudang beras dan garam, kelenteng, gereja, dan sekolah misi zending. Tahun 1678, menurut babad Dermayu, seorang Tionghoa menjadi syahbandar pelabuhan. Buku Silang Budaya Tiongkok Indonesia (Prof. Kong Yuanzhi) menyebut Gereja Kristen Indonesia (GKI) Indramayu adalah geraja pertama di Indonesia yang didirikan oleh jemaat Tionghoa tahun 1830.
 
Di sebelah barat maupun timur sungai Cimanuk, terdapat perkampungan Arab, dengan hiruk-pikuk perdagangan khas, seperti minyak wangi, karpet, hingga meubeler. Di sebelah barat pula, konon pada abad ke-16, dibangun pusat pemerintahan pertama oleh Wiralodra dan mesjid tertua di Indramayu yang terletak di Desa Dermayu.
 
Oleh karena faktor alam, pusat pemerintahan  itu dipindahkan ke sebelah barat. Pemindahan itu juga disertai dengan gedung-gedung lainnya yang mencirikan Indramayu sebagai kota Islam di Jawa. Ciri-ciri itu antara lain alun-alun berada di depan pendopo/pusat pemerintahan, sebelah barat adalah mesjid agung, sebelah timur merupakan kantor pengadilan dan penjara, sebelah utara sangat mungkin pasar dan stasiun kereta api. Pada zaman penjajahan Belanda, kantor Assisten Residen juga didirikan di sebelah barat Cimanuk, kini termasuk Desa Penganjang.
 
Akulturasi berbagai bangsa dan masyarakat pribumi hingga kini berjalin tanpa ada konflik. Warna-warni itu seperti mengerucut pada kultur yang men-Dermayu. Hal ini sangat tampak pada penguasaan dan kebiasaan penggunaan bahasa Cerbon-Dermayu dengan dialek khasnya.
 
Tinggal kenangan
 
Fakta-fakta arkeologis sebagai benda cagar budaya, sebagian kini tak terawat atau hancur. Kebesaran pelabuhan Cimanuk dan sungainya bahkan tinggal kenangan. Bekas pelabuhan tak tersisa. Gudang beras dan garam terbengkalai. Mesjid tertua di Desa Dermayu sudah direnovasi secara modern. Stasiun kereta api disulap menjadi salon kecantikan. Patok kayu bekas penambat kapal di belakang mesjid agung, entah siapa yang mencabutnya. Gedung Assisten Residen tak terurus. Alun-alun kota, salah satu icon kota Islam-Jawa dan  sebagai ruang interaksi sosial-budaya, kini dipagar seperti benteng. 
 
Makam Arya Wiralodra, pendiri Indramayu,  di tepi barat sungai Cimanuk atau blok Krapyak Sindang, baru selesai dipugar. Tinggalan arkeologi berupa fondasi lama  yang ditandai dengan batu-bata berukuran tiga kali lebih besar daripada batu-bata model sekarang, justru dibuang dan diganti fondasi baru.
 
Sangat dikhawatirkan apabila banyak bangunan lama dibongkar atau direnovasi dengan arsitektur baru, maka sejarah kota tersebut juga akan hilang. Kota yang tidak lagi memiliki monumen bangunan lama adalah kota yang tidak memiliki lagi sejarahnya, yang kehilangan jatidirinya, akar sejarahnya telah tercerabut hilang. Yang ada sekarang, seakan-akan kota baru yang didirikan dalam masa kekinian.
 
Memang jatuhnya Kerajaan Sunda pada tahun 1579, pelabuhan dikuasai Cirebon, kemudian jatuh ke tangan Belanda pada abad ke-17. Fakta sejarah juga menujukkan peran pelabuhan surut, saat Jalan Raya Pos dan jalur kereta api membuat pengangkutan barang lebih banyak melalui jalan darat. Pelabuhan makin terbengkalai ketika pecah Perang Dunia II (1938-1945) dan perang revolusi kemerdekaan (1945-1950). 
 
Pelabuhan itu lenyap sama sekali, bahkan sungai Cimanuk yang membelah kota Indramayu juga ”dimatikan” pada dekade 1980. Cimanuk dianggap penyebab banjir bagi kota Indramayu pada musim hujan, Cimanuk juga dianggap pemisah wilayah kota dengan sebelah baratnya, bahkan Cimanuk dianggap tak mendukung estetika kota. Solusinya saat itu adalah aliran dibelokkan menuju laut lepas, menghindari kota Indramayu.
 
Tak seperti sungai Musi bagi Palembang atau sungai Chao Praya di Bangkok yang disikapi sebagai tinggalan sejarah dan diolah menjadi aset wisata, Cimanuk dibunuh dan menemui ajalnya. Diputusnya aliran Cimanuk ke kota Indramayu tak hanya menandakan putusnya gugusan sejarah. Lebih dari itu secara ekologi, sungai itu tak bersahabat lagi. Nyamuk amat suka berdiam, bercengkerama, bertelur, dan berkembang-biak di genangan bekas sungai bersejarah itu.
Sumber:Penulis,SUPALI KASIM, peminat sejarah, mantan Ketua Dewan Kesenian Indramayu
Via ,WWW.salakanegara.com

Cbox