Senin, 07 Februari 2011

Chomsky: AS Tak Takut Islam Radikal, Tapi Takut Negara Bonekanya Lepas


Cyber Sabili-London. Noam Chomsky, Ahli Linguistik Amerika dan Kritikus yang dikenal karena penentangannya terhadap kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat, mengatakan bahwa yang dikhawatirkan Amerika bukanlah Islam radikal, tapi kecenderungan negara-negara bonekanya merdeka dan lepas dari kontrol Washington.
Ia menambahkan dalam artikel yang dipublikasikan Surat Kabar Inggris, The Guardian, bahwa AS menekankan pentingnya karakter bagi setiap rezim yang didukungnya di dunia Arab. 
Kemudian, yang paling penting bagi AS adalah mengendalikannya. Dikatakan, warga negara di negara-negara itu terus dibodohkan hingga mereka melepaskan sendiri ikatan-ikatannya itu.
Chomsky lebih suka meminjam kata-kata yang muncul di Channel Al Jazeera pekan lalu, yang mengatakan “Dunia Arab Membara” untuk mempermudah pesan artikel yang ditulisnya untuk mengkritik politik AS dalam memperlakukan rezim-rezim diktator, terutama di dunia Arab.
Ia mengatakan, revolusi di Tunisia telah menciptakan gempa yang mengakibatkan terusirnya diktator dukungan Barat. Bahkan, gemanya bergaung di dunia Arab, khususnya Mesir, di mana para demonstran berhasil mengalahkan kebrutalan polisi yang dikeblaikan sang diktator.
Chomsky menambahkan, Washington dan sekutunya menganut prinsip yang kuat berdasar pada penerimaan demokrasi selama hal itu sejalan dengan tujuan strategis dan ekonominya.
Ia mencontohkan, terkait perlakukan Amerika terhadap rezim-rezim diktator di dunia, seperti di Rumania. Di negeri ini, Washington mendukung rezim Nicolae Ceausescu, yang digambarkan sebagai “diktator paling korup di Eropa Timur” sehingga untuk berdiri di sampingnya saja menjadi perkara yang mustahil.
Namun, Washington akhirnya memuji penggulingannya. Ini dilakukan untuk menghindar dari dampak buruk akibat sikap-sikap Amerika sebelumnya.
Chomsky melihat, perlakuan seperti ini terus menjadi kebiasaan AS. Lihatlah akhir kekuasaan mantan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos; Haiti, Jean-Claude Duvalier; Korea Selatan, Chan Doo-hwan; Indonesia, Suharto; dan banyak lagi lainnya yang mendapat dukungan penuh AS. 
“Dari para rezim itu kita dapat mengambil pelajaran sangat berharga. Semua ini, tidak lain adalah bukti atas perilaku dan sikap politik AS di berbagai belahan dunia,” tegas Chomsky. 
Ia mengatakan, Amerika Serikat pada akhirnya mungkin akan melakukan cara yang sama terhadap Presiden Mesir, Hosni Mubarak. 
“Dengan berbagai prosedur rutinitas yang dirancangnya sebagai upaya memastikan bahwa rezim penggantinya tidak banyak menyimpang dari jalan yang dirancang AS,” pungkasnya. (Guardian/Al-Jazeera/Dwi).
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cbox