Jumat, 26 Agustus 2011

MISTERI KESAKSIAN MATI SURI


Kesaksian warga Bengkalis yang
Mati Suri dalam temu Alumni ESQ
"Menyaksikan orang disiksa
dan ingin kembali ke Dunia"
Pengalaman mati suri yang dialami Aslina,telah pula dirasakan banyak orang. Seorang peneliti dan meraih gelar Doktor Filsafat dari Universitas Virginia Dr. Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin kembali ke dunia. Catatan ini dilengkapi pula dengan penjelasan instruktur ESQ Legian Sugimin yang mengutip Al-Qur’an menjelaskan, orang yang mati itu ingin dikembalikan ke dunia, serta penelusuran melalui internet tentang Dr. Raymond.
Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut, dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.
Sebelum Aslina memberi kesaksian, pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun, tubuhnya terbakar api, sehingga harus menjalani operasi dua kali.
Menjelang usia saat SMA, ia termakan racun. Oleh sebab itu ia menderita selama tiga tahun. Pada usia 20 tahun, ia terkena penyakit gondok (hipertiroid). Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok tersebut, maka pada hari Jumat, 24 Agustus 2006, Aslina menjalani cek up atas penyakit gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia. Hasil pemeriksaan menyatakan, penyakitnya diambang batas sehingga belum bisa di operasi.
"Kalau dioperasi, maka akan terjadi pendarahan," jelas Rustam. Oleh karena itu, Aslina hanya diberi obat, namun kondisinya tetap lemah. Malamnya, Aslina gelisah luar biasa, dan terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke MMC sekitar jam 12 malam itu juga. Ia dimasukkan ke ruang gawat darurat (UGD). Saat itu, detak jantungnya dan nafasnya sesak, lalu ia dibawa keluar UGD masuk ke ruang perawatan.
"Aslina seperti orang mabuk (menjelang sakaratulmaut). Lalu, saya ajarkan kalimat Toyibbah dan Syahadat. Setelah itu dalam pandangan saya, Aslina menghembuskan nafasnya yang terakhir," ungkapnya.
Aslina Memberikan Kesaksian
Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiannya :
"Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur," begitu ia mengawali kesaksiannya setelah meminta seluruh hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Mutiara Merdeka, Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Besar Muhammad S.A.W. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketaqwaan sebelum mati datang.
"Saya telah merasakan mati," ujar anak yatim itu. Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutnya, terlalu sakit mati itu.
Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari dagingnya, dikoyak bahkan lebih sakit lagi. "Terasa Malaikat mencabut nyawa dari kaki kanan saya," tambahnya.
Disaat itu ia sempat diajarkan pamannya kalimat Toyibbah. "Saat di ujung nafas, saya berdzikir," ujarnya.
"Sungguh sakitnya Pa, Bu," imbuhnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.
Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan disekelilingnya ada dokter, pamannya, dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua Malaikat serba putih mengucapkan Assalamu’alaikum kepada ruh Aslina.
"Malaikat itu besar. Kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar," ujar Aslina menceritakan pengalaman matinya. Lalu Malaikat itu bertanya :"Siapa Tuhanmu, apa Agamamu, dimana kiblatmu, dan siapa nama orangtuamu?".
Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. "Tak ada teman kecuali ama,l" tambah Aslina yang Ahad malam itu berpakaian serba hijau. Seperti pengakuan pamannya. Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu, ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang Muballighah. Di alam barzah ia melihat seseorang di temani oleh sesosok yang mukanya berkudis, badan berbulu, dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itu, adalah amal buruk dari orang tersebut.
Aslina melanjutkan. "Bapak, Ibu, ingatlah mati !". Sekali lagi ia mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaksiannya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang Malaikat.
Saat ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil Malaikat itu dengan dengan "Ayah". "Wahai ayah, bisakah saya bertemu dengan ayah saya," tanyanya.


Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata :"Wahai ayah, janji saya telah sampai".
Mendengar ucapanku itu, ayah saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina, "Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu". Ruh Aslina pun menjawab,"Saya tidak bisa pulang, karena janji telah sampai".
Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin, bahwa alam barzah dan akhirat itu memang benar benar ada. "Alam barzah, akhirat, syurga, dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal," ujarnya bak seorang pendakwah.
Aslina Bertemu dengan Orang-orang Aneh
Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya, ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, Aslina bertemu dengan perempuan yang beramal saleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina di bawa ke kursi yang empuk dan didudukan di kursi yang empuk tersebut. Disebelahnya, terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu,"Siapa kamu?," Lalu perempuan itu menjawab, "Akulah (amal)kamu."
Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelusuri lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana, ia melihat seorang laki- laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya di rantai ke bahu, pakaiannya tercabik-cabik, dan baunya menjijikan.
Ruh Aslina bertanya kepada amalnya,"Siapa manusia itu?," amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.
Lalu dilihatnya orang yang kulit dan dagingnya dilepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya ke orang tersebut. Amalnya mengatakan, bahwa manusia tersebut tidak pernah shollat. Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah yang suka berzina. Tampak juga orang saling membunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.
Dilihatkan juga kepada ruh Aslina orang yang di tusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus di dadanya, dan berlumuran darah, orang tersebut menjerit tapi tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya dan di jawab, bahwa orang tersebut adalah orang yang suka membunuh juga.
Ada juga orang yang di hempaskan di tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika didunia.
Ruh Aslina di Alam Gelap
Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap kelam, dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada di sisinya tidak tampak.
Tiba tiba muncul suara orang berucap :”SubhanAllah, Allhammdulillah dan Allahu Akbar”. Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu dilehernya. Kalung itu ternyata tasbeh yang memiliki butiran 99 biji.
Perjalanan berlanjut, Aslina melihat tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya. Di belakang tepak itu terdapat gambar Ka’bah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab, tepak tersebut adalah Husnul Khotimah (husnul Khatimah secara literlegh berarti akhir yang baik, yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya berbuat baik.
Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan adzan seperti adzan di mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya,"Saya mau Shalat." Lalu dua malaikat yang memimpinnya melepaskan tangan ruh Aslina. "Saya pun bertayamum, saya shalat seperti yang di lakukan orang-orang di alam dunia," ungkap Aslina.
Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Di makam tersebut, batangan-batangan emas di dalam tepak "husnul khotimah" itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu berbicara kepada Aslina,"Tolong, kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di depan Allah".
Selanjutnya, Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata,"Cepatlah kiamat ! Aku tak tahan lagi di sini Ya Allah !". Manusia-manusia itu juga memohon,"Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal”.
Begitulah diantara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruh-nya saat ia mati suri. Dalam kesaksiannya, ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal saleh, serta tidak melanggar aturan dan perintah Allah.
Setelah kesaksian Aslina, instruktur pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat licensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu methode pelatihan ESQ) menjelaskan, bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri, pernah diteliti ilmuwan Barat. Legisan mengemukakan pula, mungkin diantara alumni ESQ yang hadir pada saat itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang hampir sama.
"Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua,"ujarnya.
Legisan menjelaskan, penelitian oleh Dr. Raymond A Moody Jr, tentang mati suri. Raymond mengemukakan, orang mati suri itu dibawa ke lorong waktu, dan di sana ia melihat rekaman seluruh apa yang telah ia lakukan selama hidupnya.Dan diakhiri pengakuan orang mati suri itu berkata :"Dan aku ingin, agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya".
Menanggapi kesaksian Aslina, yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal, serta penelitian Raymond yang menyebutkan, "aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya". Legisan mengutip ayat Al Qur’an Surat Al-Mu’minun (23) ayat 99-100:
Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:"Ya ,Allah kembalikanlah aku (kedunia)." (99) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (100)”.
Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga surat Az-Zumar ayat 39 :
"Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)".
Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasihat dari Legisan, instruktur ESQ itu menyarankan, agar Aslina senantiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiannya saat mati suri kepada masyarakat, agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya.
Semoga para pembaca dapat mengambil pelajaran dari kesaksian tersebut.
NB : Bagikan cerita ini kepada semua orang, agar mereka mendapat hikmah-Nya dari cerita ini. Ternyata hidup ini hanya sementara, dan hanya amal serta hati yang bersih yang menuntun kita menuju jalan ke hadapan ILAHI.
(Artikel ini saya dapatkan dari kiriman sahabat saya )
Catatan : Kepada thoyes@yahoo.co.id, Mohon maaf apabila artikel yang Anda kirimkan tentang Kesaksian Mati Suri baru ditampilkan.
Sumber:satimterus.blogspot.com
Lalu muncul-lah satu sosok. Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cbox