Minggu, 17 Oktober 2010

Seberapa Lama Kita Dikubur?

Pernahkah Sahabat membayangkan, seberapa lama kita dikubur, setelah meninggal? Penulis juga tak bisa memberikan jawabannya. Namun penulis berharap setelah membaca kisah yang akan dipaparkan di bawah ini, para pembaca dapat mengambil hikmahnya, amiin. Inilah kisahnya;
Pada hari itu, awan sedikit mendung, namun diperkirakan tidak akan hujan. Seorang bocah bernama Yani dengan kaki-kaki mungilnya, berlari-lari kecil sambil bergembira melihat pemandangan sekitar kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin, saat ia menyebrangi jalan bersama ayahnya tercinta, menuju pemakaman umum Karet.
Dimana almarhum mendiang neneknya dimakamkan, tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi, sementara tangan kirinya mencengkram ikatan sabuk celana ayahnya.
Ketika memasuki wilayah pemakaman umum Karet, Yani dan sang ayahnya berputar sejenak kekanan dan kemudian duduk di atas seonggok batu nisan bertuliskan “Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965.″
Kemudian Sang ayah berkata: “Nak, ini kuburan nenekmu mari kita  berdo’a untuk nenekmu.” Sesaat kemudian, Yani menatap wajah ayahnya, lalu menirukan tangan  ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Lantas, ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk neneknya…
Tak lama berselang Yani berujar kepada ayahnya: “Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah.” Lalu, Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya.
“Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah…” lanjut Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya mulai berhitung. “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun … “ Jawab Sang ayah. 
Yani memutar kepalanya, memandang, memperhatikan sekeliling pemakaman, hatinya berkata, banyak juga ya, kuburan di sana. Sejurus kemudian matanya tertuju pada sebuah kuburan yang terletak di samping kuburan neneknya, kuburan tua berlumut dengan batu nisan bertuliskan  “Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910.″
Ayah-ayah, “Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah” jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi, ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya.
“Memangnya kenapa ndhuk?”, ujar sang ayah menatap teduh mata anaknya.
“Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa  kalau kita mati, lalu dikubur dan kita bila banyak dosanya, kita akan  disiksa di neraka”, jelas Yani sambil meminta persetujuan ayahnya.
“Iya  kan yah?” sambil matanya melirik ayahnya. Sang Ayahnya tersenyum, “Lalu?”, timpal ayah.
“Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di dalam kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di dalam kubur…. ya nggak yah?” Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya.
Ayahnya tersenyum, namun dibalik senyuman sang ayah, sekilas tampak keningnya berkerut, dan tampaknya cemas….. “Iya nak, kamu pintar,” jawab ayahnya pendek.
Sepulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya … 36 tahun … hingga sekarang…kalau kiamat datang 100 tahun lagi ….136 tahun disiksa .. atau bahagia di kubur …. Lalu ia menunduk … meneteskan air mata …
Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya … lalu kiamat masih 1000  tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna  ilaihi rooji’un … air matanya semakin banyak menetes…..Sanggupkah ia  selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan .. kalau 2000  tahun lagi? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah?  Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah  tak tahan?
Ya Allah …ia semakin menunduk .. tangannya terangkat ke atas..bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri jenggotnya…..
Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa  itu hingga suaranya serak … dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani. Lantas...
Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu… dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur …tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti sebuah kehidupan… dan apa yang akan datang di depannya…
Wassalam, salam dari penulis.... ”Hiasilah Qolbu Sahabat dengan Lafadz Allah SWT setiap detik, dan awalilah setiap kegiatan kita dengan mengucap Basmallah, agar semua aktivitas kita mendapat barokah-Nya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cbox